A. Pengertian Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat adalah perencanan yang dibuat untuk menentukan total permintaan dari seluruh elemen produksi dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan (David D. Bedworth).’
Perencanaan agregat merupakan proses perencanaan kuantitas dan pengaturan waktu keluaran selama periode waktu tertentu melalui penyesuaian variabel – variabel tingkat produksi karyawan, persediaan, variabel, yang dapat dikendalikan lainnya (T. Hani Handoko)
Perencanaan agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai penjadwalan agregat adalah suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga 12 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerja lembur, tingkat subkontrak dan variable lain yang dapat dikendalikan
Keputusan penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokan produktifitas dengan permintaan yang berfluktuatif. Oleh karenanya perencanaan agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.
B. Tujuan Perencanaan Agregat
Pada dasarnya tujuan perencanaan agregat adalah berusaha untuk memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada periode perencanaan. Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan strategis lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah. Permasalahn strategis yang dimaksud itu antara lain mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan menghubungkan sasaran strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk perusahaan jasa, penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja.
Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain :
1. Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjulana dan output.
2. Prediksi permintaan untuk suatu periode perncanaan jangka menengah yang layak pada waktu agregat.
3. Metode untuk menentukan biaya
4. Model yang mengkombinasikan prrediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan dapat dibuat untuk periode perencanaan.
C. Sifat Perencanaan
Perencanaan agregat menurut istilah agregat berarti mengkombinasikan sumber daya yang sesuai ke dalam jangka waktu keseluruhan. Dengan prediksi permintaan, kapasitas fasilitas, tingkat persediaan, ukuran tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan, perencana harus memilih tingkat output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 12 bulan yang akan datang. Dalam perencanaan agregat, rencana produksi tidak menguraikan perproduk tetapi menyangkut berapa banyak produk yang akan dihasilkan tanpa mempermasalahkan jenis dan produk tersebut. Sebagai contoh pada perusahaan pembuat mobil, hanya memperhitungkan berapa banyak mobil yang akan dibuat, tetapi bukan berapa mobil dua pintu atau empat pintu atau berapa banyak mobil berwarna merah atau biru.
D. Ongkos – ongkos yang Terlibat dalam Perencanaan Agregat
Berdasarkan keterangan di atas, maka ongkos – ongkos yang terlibat dalam perencanaan agregat adalah :
1. HIRING COST
Penambahan tenaga kerja menimbulkan ongkos-ongkos untuk iklan, proses seleksi dan training. Ongkos training merupakan ongkos yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.
2. FIRING COST
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic. Perhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di PHK, menurunnya moral kerja dan produktifitas karyawan yang masih bekerja dan tekanan yang bersifat sosial. Kesemua akibat ini dianggap sebagai ongkos pemberhentian tenaga kerja yang akan ditanggung perusahaan.
3. OVERTIME COST dan UNDERTIME COST (Ongkos Lembur dan Ongkos Menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi konsekuensinya perusahaan harus mengeluarkan ongkos tambahan lembur yang biasanya 150 % dari ongkos kerja regular. Disamping ongkos tersebut, adanya lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari kondisi di atas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bias dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung ognkos menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
4. INVENTORY COST dan BACKORDER COST (Ongkos Pesediaan dan Ongkos Kehabisan Persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi
5. SUBCONTRACT COST (ongkos Subkontrak)
E. Perencanaan Disagregasi (Reguler Knapsack Method)
Perencanaan disgaregat merupakan langkah selanjutnya setelah perencanaan agregat, tujuan dari perencanaan disagregat adalah untuk memecah satuan agregat pada perencanaan agregat kedalam setiap item produk serta mengetahui item suatu produk tersebut akan diproduksi. Disagregasi akan dilakukan dengan regular knapsack method.
Langkah-langkah dalam proses disagregasi adalah sebagai berikut, pertama adalah menentukan nilai expected quantity yaitu persediaan awal dikurangi permintaan (Iijt-1-Dij). Jika expected quantity bernilai negative, berarti item harus diproduksi, karena jumlah persediaan yang ada tidak mengcukupi permintaan yang ada.
Selanjutnya yang kedua adalah menentukan nilai N, yaitu ± banyaknya ulangan permintaan yang akan dipenuhi oleh jumlah produksi ditambah persediaan yang ada sekarang ini, dengan syarat:
Yi ≤ Σ Kij (Σ Dijn + SSij-Iijt-1)……………………………(1)
Y* adalah jumlah produkyang diproduksi dari perencanaan agregat terbaik. Untuk tenaga kerja tetap Yi* = demand dalam satuan agregat, sedangkan untuk tenaga kerja berubah Y* = produksi dalam satuan agregat, untuk subkontrak: Y* = produksi dalam satuan agregat.Untuk metode campuran :
Ssij=0, jika perusahaan tidak mempunyai safty stock.
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung nilai E atau demand berlebih atau kelebihan permintaan dengan rumus:
Ei = NΣ NKij (ΣDijn +SSij – Iijt-1) –Yi.......................(2)
n-1 n-1
Menentukan jumlah produksi untuk masing-masing item dengan rumus:
Ei = NΣ Dij + SSij –Iijt-(EiDijn/ΣKij Dijn ) .......................(3)
n-1
Y* yang diperoleh dari perencanaan agregat terbaik, dengan rumus:
Dimana waktu siklus diperoleh dari waktu baku item produk yang mempunyai faktor konversi sama dengan satu. Agar mempermudah dalam mempelajari proses disagregasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar